Kisah Pak Tua

Ada orang banyak di dalam ruang tunggu dokter. Seorang pria berusia lanjut berdiri dan mendekati penerima tamu.

Dengan sangat sopan ia berkata, “Nyonya, janji untuk saya adalah jam 10 dan sekarang sudah hampir jam 11. Saya tidak dapat menunggu lebih lama lagi. Dapatkah nyonya menentukan waktu lain untuk lain hari?”

Salah seorang wanita yang ada di sana mendekatkan diri kepada yang lain dan berkata, “Paling tidak ia sudah berusia delapan puluh tahun. Urusan apa yang ia miliki sampai ia tidak dapat menunggu lagi?”

Pria tua itu mendengar yang dibisikkan oleh wanita itu. Ia berbalik kepada wanita itu, membungkukkan diri dan berkata, “Usia saya delapan puluh tujuh tahun, nyonya. Justru itulah alasannya sampai saya tidak dapat menyia-nyiakan barang satu menit pun dari waktu saya yang begitu berharga yang masih saya punyai.”

Orang-orang yang sudah mengalami penerangan batin tidak akan membuang waktu satu menit pun karena mereka sudah mengerti penting tidaknya kegiatan yang mereka kerjakan

Originally Taken From : Anthony de Mello – Doa Sang Katak

Sahabat,terkadang kita ,termasuk saya,sering meremehkan laju waktu yang terus berlalu. Waktu terus berjalan tanpa henti, namun terkadang kita kurang bisa menghargainya. Kita baru merasakan betapa berharganya waktu saat kita sudah mencapai deadline. Maka mulai dari sekarang, marilah kita bersama introspeksi diri.
Hargai waktu kita dan waktu orang lain ,be on time Lakukan hal yang berguna mumpung kita masih ada waktu Waktu terlalu sia-sia jika dihabiskan hanya untuk menunggu dan bermalas-malasan

Kunjungi juga :
Blog Motivasi
Blog Kesehatan
Blog Teknologi

Empati

Siang-siang, rapat panitia kegiatan anu berjalan gerah di ruang OSIS. Ketua panitia merasa anak buahnya tak dapat mengerti apa yang ia sampaikan, padahal papan tulis sudah penuh dengan corat-coret tulisannya. Para anak buah nggak mau kalah, mereka merasa ketua panitia-lah yang nggak menguasai permasalahan sehingga penjelasannya malah membingungkan.

Wah, kalau begini permasalahan komunikasi-lah yang terjadi. Mungkin ketua panitia memang tidak bisa berkomunikasi dengan baik. Atau malah sebaliknya, ketika mendebat, para anak buah juga tidak bisa mengkomunikasikan protes atau usulnya dengan baik. Nah, kalo gini masalahnya, semua pihak harus menggunakan empati saat berkomunikasi. Inilah saatnya kita perlu tahu apa itu komunikasi empatik, atau komunikasi dengan empati.

Komunikasi Penting Banget!
Sebelum ngomong komunikasi plus empati, kita perlu ingat bahwa sebenarnya komunikasi itu memegang peranan yang penting. Coba saja kita ingat, hampir setiap menit kita berkomunikasi. Di rumah kita berkomunikasi dengan ortu, saudara, pembantu. Di sekolah ada komunikasi dengan teman dan guru, di organisasi juga, di masyarakat tidak beda.

Dengan berkomunikasi kita menyatakan pendapat, mengajukan permohonan, meminta pertolongan, menawarkan solusi, menyampaikan instruksi, dan memberikan informasi kepada orang lain yang kita ajak berkomunikasi.

Jelas kan, komunikasi merupakan bagian yang penting dari kehidupan kita, baik kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial kita. Ada orang bilang bahwa dalam kehidupan sosial tidak ada apapun yang lebih penting dari pada kemampuan berkomunikasi yang efektif.

Kemampuan berkomunikasi yang baik bisa membantu menyelesaikan banyak masalah dan mendatangkan banyak untung bagi kita. Sebaliknya, kegagalan dalam berkomunikasi bisa berakibat fatal. Kegagalan ini dapat menyebabkan berbagai bencana: bertengkar sama saudara, bermasalah dengan guru, persahabatan jadi putus, nggak dapat kerja, dan sebagainya.

Tambahin dengan Empati, Biar Enak
Agar komunikasi bisa sukses, para pelaku komunikasi harus memperhatikan dan menerapkan prinsip komunikasi empatik berikut:

Informasi yang Utuh
Dalam berkomunikasi, cobalah terlebih dahulu mencari informasi yang selengkap-lengkapnya sebelum memberikan komentar. Jika kita hanya memiliki sepenggal informasi, jangan langsung membentuk opini dan menyatakan pendapat berdasarkan informasi yang belum lengkap tersebut.

Intinya, Ilmu dulu baru bicara dan bertindak. Ucapan dan tindakan tanpa ilmu yang jelas akibatnya berbahaya. Jadi, yang perlu kita lakukan adalah melengkapi informasi yang kita miliki dengan bertanya kepada pihak-pihak yang mengetahui tentang apa yang akan kita komunikasikan, ataupun aktif mencari informasi tambahan yang diperlukan sehingga kita info yang akan kita komunikasikan pun lebih lengkap.

Berusaha Mengerti
Simak contoh ini, seorang sarjana freshgraduate datang ke pedesaan. Karena baru saja lulus dari perguruan tinggi, ketika mengisi acara, bahasa sarjana ini “canggih” banget. Istilah-istilah berbahasa asingnya keluar begitu saja tanpa ada penjelasan maknanya. Penduduk desa manggut-manggut tidak paham. Akhirnya, penduduk desa pun malah emoh/ogah terhadap sarjana yang sebenarnya berilmu ini.

Ini termasuk kegagalan berkomunikasi. Sering banget kita menuntut untuk dimengerti, tanpa menuntut diri kita untuk mengerti dulu pihak yang kita ajak komunikasi.

Dalam berkomunikasi, ada baiknya bagi kita untuk terlebih dahulu mencoba mengerti, sebelum menuntut untuk dimengerti. Dengan mengerti permasalahan yang sebenarnya, serta mengerti siapa lawan bicara, akan lebih mudah bagi kita memahami apa yang dikomunikasikan orang tersebut, dan akan lebih mudah pula bagi kita untuk memberikan pendapat, masukan yang mudah dimengerti lawan bicara.

Dalam contoh di atas, jika sang sarjana terlebih dahulu mencoba mengerti objek audien-nya, apakah objek sudah paham dengan istilah-istilah berbahasa asing, dan sebagainya, maka tentunya dalam mengkomunikasikan ide-idenya, ia bisa menggunakan bahasa yang lebih mudah dipahami.

Diagnosa Permasalahan, sebelum Respon
Lebih spesifik lagi berkaitan dengan mengerti sebelum dimengerti adalah mendiagnosa permasalahan dengan baik sebelum memberikan respon.

Coba bayangkan, jika Anda merasa demam lalu pergi ke dokter. Anda lalu didiagnosa kena flu, padahal Anda punya gejala-gejala lain yang menandakan Anda terkena tipus. Gara-gara diagnosa yang nggak tepat, obat yang Anda minum pun nggak tepat buat penyakitmu. Akibatnya berbahaya pada dirimu.

Sebelum kita memberikan pendapat, masukan atau jawaban, diagnosis terlebih dahulu secara teliti permasalahan yang dihadapi lawan bicara. Kadang, kita terlalu terburu-buru memberikan respon. Baru mendengar permasalahan lawan bicara sedikit saja, kita sudah merasa sok tahu tentang kelanjutannya, sehingga kita sudah pasang kuda-kuda lalu segera memberi respon. Padahal, masalah tiap orang bisa spesifik banget, sehingga kita hendaknya jangan sok tahu dulu untuk memberi respon.

Baru setelah kita tahu permasalahannya dengan jelas, kita bisa lebih mudah untuk membantu memberikan jawaban, solusi, ataupun masukan yang diperlukan lawan bicara.

Keyakinan Diri
Jika kita tersesat dan bertanya kepada orang yang kita temui di jalan tentang alamat yang kita cari, orang tersebut memberikan informasi tetapi ia tidak terlihat yakin akan informasi yang diberikannya kepada kita. Apa yang akan kita lakukan? Apakah kita akan mengikuti petunjuk yang diberikan orang tersebut?

Jika kita pergi ke toko obat, dan si penjual menawarkan obat yang kita perlukan. Tetapi ketika ditanya apakah obat tersebut manjur, si penjual tidak memberikan jawaban yang meyakinkan. Apakah kita akan membeli obat yang ditawarkan tersebut?

Jawaban dari kedua situasi di atas kemungkinan besar adalah ”tidak.” Pada dasarnya, kita cenderung lebih percaya kepada orang yang memiliki dan menunjukkan keyakinan diri tinggi. Jadi, jika kita berkomunikasi, pastikan apa yang kita komunikasikan benar-benar kita kuasai dengan baik, dan benar-benar kita yakini kebenarannya. Jika kita sudah yakin, akan lebih mudah bagi kita untuk meyakinkan orang lain.

Fokus pada Orang Lain
Unsur dalam empati adalah memperhatikan orang lain. Kalo gitu, dalam komunikasi empatik, unsur ini pun punya peranan penting. Ketika berkomunikasi, jika perhatian terfokus pada diri sendiri melulu, kegagalan komunikasilah yang akan terjadi.

Kita perlu lebih memfokuskan perhatian kita pada orang yang kita ajak berkomunikasi, bukannya pada diri sendiri melulu. Dengan memberikan fokus perhatian kepada orang lain, maka orang merasa kita memperdullikan mereka. Selanjutnya, kalau orang merasakan kita memang memberikan perhatian, kepedulian, dan rasa hormat kepada mereka ketika mereka berbicara ataupun menyampaikan pendapat, maka mereka akan juga bersedia mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang akan kita komunikasikan kepada mereka.

Dengan memfokuskan perhatian kepada orang lain, kita bisa lebih mudah memahami siapa lawan bicara kita (apa keinginan mereka, apa permasalahan mereka, apa yang mereka perlukan dari kita). Jika kita telah memahami mereka, tentunya kita bisa mengkomunikasikan apa yang kiranya dapat menarik perhatian mereka, dan apa yang kiranya mau mereka terima, ataupun dukung.

Kontak Mata
Kontak mata merupakan bagian yang penting dalam berkomunikasi. Dengan melibatkan kontak mata dengan orang yang kita ajak bicara, kita memberi kesan dan pesan kepada orang tersebut bahwa kita sungguh-sungguh terhadap apa yang kita komunikasikan.

Kesungguhan kita ini tentunya akan mendorong lawan bicara memperhatikan dengan seksama apapun yang kita komunikasikan. Mereka juga lebih percaya kepada kita karena kesungguhan yang kita perlihatkan, sehingga akan lebih mudah bagi mereka untuk memahami atau melakukan apapun yang kita anjurkan kepada mereka.

Tentu, beda masalahnya jika yang kita ajak bicara adalah lawan jenis. Kalo dengan lawan jenis, kontak mata yang terjadi bisa menimbulkan bahaya yang lain.

Senyum Hangat
Senyum merupakan sedekah yang murah, meriah, dan mudah. Senyuman memang merupakan senjata yang paling ampuh yang dapat digunakan untuk membuka komunikasi. Senyuman yang tulus dan hangat dapat mengatasi berbagai hambatan dalam komunikasi, misalnya: ketegangan, kecurigaan, kemarahan, kecemburuan.

Sebuah senyuman juga merupakan indikasi kita memiliki emosi positif terhadap orang yang kita ajak berkomunikasi. Jika lawan bicara merasa kita memang ”suka” berkomunikasi dengannya, akan lebih mudah bagi orang tersebut menerima masukan, pendapat, ataupun solusi yang kita tawarkan kepadanya.

Saling Menyukai
Komunikasi juga akan lebih efektif, jika orang-orang yang terlibat dalam komunikasi tersebut saling menyukai.
Menyukai orang lain yang kita ajak berkomunikasi merupakan awal kemampuan berkomunikasi yang efektif.
Menyukai dan disukai, tidak bisa terjadi dalam sekejap. Memang harus ada saling mengenal, saling memahami, dan saling menolong. Semakin banyak interaksi dalam hal-hal yang positif ini, maka ornag yang kita ajak berkomunikasi akan semakin mudah untuk mengerti, menerima, dan mempercayai semua yang kita komunikasikan kepadanya.

Nah, jika Anda merasa mandeg dalam berkomunikasi, cobalah terapkan komunikasi empatik di atas. Latihlah dan praktekkan kiat-kiat mewarnai komunikasi dengan empati tersebut, Mudah-mudahan, komunikasi akan lebih enak dan kedua belah pihak akan merasa senang. Selamat berkomunikasi! (by primula, kaskus maniac)

Kunjungi juga :
Blog Motivasi
Blog Kesehatan
Blog Teknologi

Menjadi Pribadi Yang Luar Biasa

Menjadi pribadi yang luar biasa, orang dengan karakter hebat dan memiliki keseimbangan hidup yang menjadikannya sebagai manusia extra ordinary. Apa saja sifat-sifat yang dimiliki para pribadi luar biasa itu? Apa ada sifat yang belum kita miliki?

Ayo kita belajar untuk menjadi pribadi hebat. Pribadi yang sangat jarang dimiliki oleh setiap orang di muka bumi ini. Tapi bukan tidak mungkin kita bisa memilikinya.

Inilah sepuluh karakter manusia luar biasa yang mesti terus dipupuk dalam diri kita.

1. Bersikap Rendah Hati.
Sikap rendah hati mengungkapkan kekuatan bukan kelemahan. Hanya orang yang kuat jiwanya yang bisa bersikap rendah hati. Ia seperti padi yang semakin berisi semakin menunduk. Orang yang rendah hati bisa mengakui dan menghargai keunggulan orang lain.

2. Positive Thinking
Orang yang bersikap positif (positive thinking) selalu berusaha melihat segala sesuatu dari kacamata positif, bahkan dalam situasi yang buruk sekalipun. Dia lebih suka membicarakan kebaikan daripada keburukan orang lain, lebih suka bicara mengenai harapan daripada keputusasaan, lebih suka mencari solusi daripada frustasi, lebih suka memuji daripada mengecam, dan sebagainya.

3. Bertanggung jawab
Orang yang bertanggung jawab akan melaksanakan kewajibannya dengan sungguh-sungguh. Kalau melakukan kesalahan, dia berani mengakuinya. Ketika mengalami kegagalan, dia tidak akan mencari kambing hitam untuk disalahkan. Bahkan kalau dia merasa kecewa dan sakit hati, dia tidak akan menyalahkan siapapun. Dia menyadari bahwa dirinya sendirilah yang bertanggung jawab atas apapun yang dialami dan dirasakannya.

4. Tulus
Ketulusan membuat orang lain merasa aman dan dihargai karena yakin tidak akan dibodohi atau dibohongi. Orang yang tulus selalu mengatakan kebenaran, tidak suka mengada-ada, pura- pura, mencari-cari alasan atau memutarbalikkan fakta.

5. Berjiwa Besar
Kebesaran jiwa dapat dilihat dari kemampuan seseorang memaafkan orang lain. Orang yang berjiwa besar tidak membiarkan dirinya dikuasai oleh rasa benci dan permusuhan. Ketika menghadapi masa-masa sukar dia tetap tegar, tidak membiarkan dirinya hanyut dalam kesedihan dan keputusasaan.

6. Setia
Kesetiaan sudah menjadi barang langka & sangat tinggi harganya. Orang yang setia selalu bisa dipercaya dan diandalkan. Dia selalu menepati janji, punya komitmen yang kuat, rela berkorban dan tidak suka berkhianat.

7. Percaya Diri
Rasa percaya diri memungkinkan seseorang menerima dirinya sebagaimana adanya, menghargai dirinya dan menghargai orang lain. Orang yang percaya diri mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan dan situasi yang baru. Dia tahu apa yang harus dilakukannya dan melakukannya dengan baik.

8. Selalu Ceria
Orang yang ceria adalah orang yang bisa menikmati hidup, tidak suka mengeluh dan selalu berusaha meraih kegembiraan. Dia bisa mentertawakan situasi, orang lain, juga dirinya sendiri. Dia punya potensi untuk menghibur dan mendorong semangat orang lain.

9. Easy Going
Orang yang easy going menganggap hidup ini ‘ringan’. Dia tidak suka membesar-besarkan masalah kecil atau berusaha mengecilkan masalah-masalah besar. Dia tidak suka mengungkit masa lalu dan tidak mau khawatir dengan masa depan. Dia tidak mau pusing dan stres dengan masalah-masalah yang berada di luar kontrolnya.

10. Empati
EmpAti adalah sifat yang sangat mengagumkan. Orang yang berempati bukan saja pendengar yang baik tapi juga bisa menempatkan diri pada posisi orang lain. Ketika terjadi konflik dia selalu mencari jalan keluar terbaik bagi kedua belah pihak, tidak suka memaksakan pendapat dan kehendaknya sendiri. Dia selalu berusaha memahami dan mengerti orang lain.Kunjungi juga :
Blog Motivasi
Blog Kesehatan
Blog Teknologi

Cara Mengingat Percakapan

Fakta menunjukkan bahwa kebanyakan orang hanya mengingat 50% dari apa yang dikatakan seseorang dalam 24 jam. Sebagian orang malah hanya mengingat kurang dari 25% saja.
Kapasitas otak kita memang terbatas. Itu sebabnya kita takkan bisa mengingat semua yang terjadi sepanjang hidup kita. Termasuk isi percakapan yang kita lakukan dengan siapa saja dalam 24 hari. Parahnya seringkalai ‘hilangnya’ isi percakapan terjadi saat kita berada di tengah pembacaraan penting. Ketika mereka menanyakan isi pembicaraan yang sudah lewat, Anda lupa dengan apa yang baru saja mereka katakan. Kalau begini, Anda mungkin akan dianggap tidak menyimak atau malah dikira tidak tertarik dengan pembicaraan tersebut.

Namun jangan berkecil hati jika Anda mengalaminya. Nah, agar Anda tidak selalu kehilangan isi pembicaraan, cobalah beberapa tips berikut:

1. Take It Easy
Stres akibat pekerjaan menumpuk, deadline atau dalam keadaan membingungkan, sering membuat pikiran jadi tidak focus. Alhasil, ketika teribat dalam pembicaraan, Anda tidak menyimak semuanya karena (mungkin) pikiran Anda melayang ke persoalan tadi. Solusi: jangan panic, tetalah bersikaptenang. Tarik nadas panjang dalam-dalam dan katakana pada diri sendiri “Don’t Worry be happy.” Sikap tenang akan mempengaruhi daya kerja otak Anda. Dnegna tetap terkonsentrasi pada apa yang terjadi di depan Anda.

2. Lakukan Visualisasi
Teman Anda sedang bercerita kepada Anda? Atau bos sedang menyuruh Anda mengerjakan sesuatu? Untuk membantu mengingat, coba buat gambaran di dalam pikiran. Kebanyakan orang lebih visual dibanging auditory sehingga Anda lebih mudah mengingat sesuatu yang Anda lihat di dalam pikiran disbanding apa yang Anda dengar melalui telinga Anda.

3. Sebut Nama
Agar orang lain mengingat apa yang Anda katakana caranya dengan sering-sering menyebut nama orang tersebut di sepanjang percakapan. Secara psikologis, otak Anda deprogram untuk terus menerus mendengarkan saat naa Anda disebutkan. Jadi, jika Anda sering menyebut lawan bicara, kecil kemungkinan dia tak akan mendengarkan. Solusi: coba terapkan hal ini dengan keadaan sebaliknya. Jika ternyata lawan bicara tidak sering menyebut nama Anda, berusahalah lebih sensitive dengan sebutan orang kedua, yaitu ‘kamu’, Anda dan sebaginya.

4. Ingat Pesan Mama
Masih ingat pesan ibu yang menyuruh Anda menatap mata orang yang sedang berbicara dengan Anda (lawan bicara) sebagai aturan sopan santun? Ternyata ini bukan seksedar aturan tata karma saja lho? Menatap mata orang yang mengajak bicara benar-benar bis membantu menghilangkan gangguan sehingga Anda lebih mudah mendengarkan berbeicara.

5. Perintah Diri Sendiri
Anda akan sulit mengingat jika Anda tak merasa membutuhkannya atau jika tak memerintahkan diri Anda untuk mengingat. So, selalu katakana pada diri sendiri bahwa Anda ingin mengingat bagian tertentu dari percakapan itu dan konsentrasi pada bagian itu. Percaya atau tidak, cara ini akan meningkatkan kemampuan mengingat Anda samai 2 kali lipat. Ini disebabkan karena Anda mengingat apa yang ingin Anda ingat.

6. Catat
Agar lebih ingat lagi, tak ada salahnya Anda mencatat poin-poin penitng dari sebuah pembicaraan. Kebiasaan mencatat ini merupakan cara yang paling efektif agar Anda tidak lupa dengan semua isi pembicaraan yang telah Anda lakukan

7. Get Organized
Memang ritual yang sama setiap hari akan membuat pikiran dan emosi Anda mengikut pola yang sama. Itu sebabnya, Anda dianjurkan sesekali menyingkirkan rutinitas dari biasanya, Karena sesuatu yang baru, diyakini dapat menyegarkan pikiran dan berdampak positi bagi Anda. Meskipun begitu, untuk membuat pikiran Anda tetap sehat dan ingatan kuta, Anda disarankan menjalani hidup teratur dan terencana. Cara ini akan membuat Anda mampu mengingat sesuatu dengan mudah.

8. Olahraga
Para dokter dan pakar kesehatan mengatakan bahwa olahraga dapat melancarkan dan memperbaiki sirkulasi darah ke otak. Hal ini akan member pengaruh positif pada otak. Otak dapat bekerja lebih segar sehingga akan memudahkan Anda untuk mengingat segala sesuatu yang akan dan sudah Anda lakukan.

9. Belajar Menyanyi
Masih ingat bagaimaan Anda dulu bertambah kosakata bahasa inggris lewat lagu atau menangkap lirik romantic dengan bernyanyi? Memang musik sudah terbukti dapat memperkuat pikiran, menyalurkan kreativitas dan bahkan menyembuhkan tubuh. Dengan belajar bernyanyi, Anda tidak hanya menemukan suara Anda, tapi juga memperluas pergaulan dan mengembangkan daya ingat. Fakta: berkat The Mozart Effect, pelajar SMU di Amerika yang menyanyi atau memainkan music mampu mencapai 51 poin lebih tinggi pada ujian akhir nasional.

10. Aktivitas Baru
Anda juga dianjurkan untuk melakukan aktifitas fisik baru untuk menyegarkan pikiran. Selama melakukan kegiatan fisik pikiran akan bekerja lebih aktif. Anda bisa melakukan olahraga baru atau rekreasi ke temapt yang belum pernah Anda kunjungi. Tanpa Anda sadari pikiran akan bekerja lebih aktif selama Anda melakukan aktivitas baru tersebut. Anda pun akan merasakan kepuasan dan ketenangan batik yang belum pernah Anda rasakan sebelumnya! Nah, setelah itu, otak Anda akan siap untuk mengingat hal baru lagi.

Kunjungi juga :
Blog Motivasi
Blog Kesehatan
Blog Teknologi

Muda dan Kaya Raya

Ingin kaya raya, lima atau 10 tahun lagi? Mungkin banget. Tips ini akan membantu Anda mewujudkannya.

1. Tetapkan tujuan sejak awal
Ibarat melakukan perjalanan, pertama harus tahu dulu tujuannya. Kalau tidak, bisa berputar-putar saja, bahkan malah menghabiskan biaya. Tanyakan pada diri sendiri, apa yang diinginkan 10 tahun ke depan. Punya mobil atau rumah, misalnya. Dengan semangat itu, Anda bisa jadi berhati-hati dalam pengeluaran dan terpacu untuk menabung. Sebaiknya siapkan rencana 5, 10, hingga 20 tahun.

2. Hiduplah dengan rencana itu
Belilah barang yang Anda butuhkan, dan bukan yang diinginkan. Terdengar sederhana, tapi godaan ini susah untuk dihindari. Tetapi, bila rencana Anda telah menancap di kepala dan hati, pasti deh keinginan membeli barang yang tak perlu akan pupus.

3. Hindari berutang
Sekarang banyak sekali tawaran membeli barang dengan dicicil. Atau bentuk pinjaman lain untuk barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan, tapi diinginkan. Tahan hati untuk tidak tergoda. Kecuali mungkin untuk sesuatu yang bisa dijadikan modal usaha, seperti pinjaman untuk kuliah lagi, atau pinjaman rumah. Hindari mengambil pinjaman yang cicilannya menghabiskan setengah dari penghasilan. Menurut ahli keuangan, jangan sampai berutang yang angsurannya membuat dompet menjerit.

4. Mari menabung
Kecil-kecil kalau dikumpulkan akan menjadi besar atau banyak. Berapa pun yang Anda sanggup, biasakan menabung. Anda bekerja untuk mendapatkan uang, jadi Anda berhak mendapatkan bayaran. Nah, uang yang Anda bayarkan pada diri sendiri itu yang ditabung. Tabungan ini selain disimpan untuk mencapai cita-cita lima sampai 10 tahun mendatang, berguna pula bila ada kebutuhan mendesak. Seperti biaya rumah sakit, atau bisa dipakai untuk tujuan jangka pendek seperti berlibur ke luar negeri.

5. No minimum payment
Punya kartu kredit enggak dosa. Bila dimanfaatkan secara tepat, Anda tidak akan terlilit utang kartu kredit. Apalagi sampai menjadi korban debt collector, duh… jangan sampai deh. Agar tidak terjerat, segera lunasi tagihannya setiap bulan. Siapkan dana di rekening untuk membayar setiap tagihan yang datang. Sekali lagi, bayar lunas ya. Jangan hanya membayar minimal tagihan. Semakin kecil Anda membayar tagihan bulanan, semakin lama lunasnya.

6. Investasi masa tua
Hidup bukan hanya untuk hari ini, melainkan juga untuk masa depan. Masa tua mungkin masih jauh di awang-awang, tapi tak ada salahnya dipikirkan dari sekarang agar masa tua Anda tetap kaya. Salah satunya, dengan mencoba berinvestasi. Banyak cara yang mudah dan sesuai dengan kemampuan di awal bekerja. Misalnya, mengambil asuransi dan membeli reksa dana. Keduanya bisa hanya dengan membayar iuran di bawah Rp 500.000 per bulan. Tetapi hasilnya, bisa dipetik setelah 10-15 tahun kemudian, dengan jumlah berlipat.

7. Buka deposito
Selain tabungan yang bisa diambil setiap saat, ada baiknya punya tabungan berjangka alias deposito. Selain punya tabungan yang tak akan bisa dikutak-katik, simpanan ini juga bisa menjadi catatan tambahan yang berguna bila Anda ingin mengambil pinjaman rumah atau apartemen. Bagusnya sih dibuat berjangka setahun, dan saldonya ditambah lagi setiap tahun.

8. Tingkatkan kemampuan
Usia 20-an adalah saat yang tepat untuk meningkatkan keahlian dan pendidikan, yang akan mendukung karier di masa depan. Berinvestasi di bidang pendidikan tak akan sia-sia. Ambil berbagai kursus ketrampilan, dan jangan berhenti hanya kuliah di tingkat S1. Satu lagi yang sebaiknya dilakukan, perluas jaringan dengan bergaul. Senior Vice President Kelly Services Asia Pacific, lembaga perekrutan tenaga kerja internasional, Dhirendra Shantilal berkata, saat ini banyak perusahaan mencari karyawan plus. Alias selain berpendidikan tinggi, menguasai banyak bahasa, juga aktif di berbagai organisasi.

9. Nikmati hidup
Mengatur keuangan sendiri bukan berarti Anda tidak bisa bersenang-senang. Anda bisa membiayai traveling dari tabungan atau traveling murah karena punya banyak teman. Atau mengambil kursus bahasa sambil berkenalan dengan orang baru. Pokoknya buat kenangan indah dengan bertemu orang baru, dan mencoba hal-hal baru. Hal-hal seperti ini bisa menjadi investasi juga lho, banyak teman dapat rezeki, begitu kata orangtua. Yang penting, hindari mengambil pinjaman untuk biaya senang-senang. Anda bisa kreatif mencari hiburan tanpa mengeluarkan banyak uang.

(CHIC/Erika Paula)

Kunjungi juga :
Blog Motivasi
Blog Kesehatan
Blog Teknologi

Pentingnya Suksesi

Seorang direktur SDM mengaku stres tiap kali ada karyawan senior yang resign atau pensiun. “Kami harus mulai dari awal lagi, mencari karyawan baru yang sudah mumpuni. Hanya sedikit sekali karyawan dari dalam yang siap mengisi posisi senior yang vacant. Sadar begitu besarnya kesenjangan kompetensi antara karyawan junior dengan yang senior benar-benar membuat kami frustrasi”.

Ini kenyataan yang bisa kita temui di banyak sekali perusahaan. Sebetulnya, bukan hanya pihak HR dan manajemen yang frustrasi dengan situasi ini. Karyawan yang melihat dirinya tidak diberi kesempatan untuk “naik”, merasa potensi dan kompetensinya di tempat kerja tidak meningkat dan tidak merasa kontribusinya diperhitungkan tentu juga menjadi loyo, frustrasi, dan tidak happy. Ini tentu kondisi “lose-lose” untuk kedua belah pihak.

Semua organisasi pasti setuju bahwa lingkungan pembelajaran sangat penting bagi kemajuan tim dan organisasi. Banyak pimpinan perusahaan yang sudah sangat mengerti bahwa hanya melalui pengembangan manusia-lah perusahaan bisa berkembang. Kita lihat juga bahwa manajemen talenta dan capacity building sudah menjadi fokus perusahaan-perusahaan besar. Bahkan, semakin banyak perusahaan yang tidak segan-segan melakukan investasi dalam sistem online untuk mengontrol proses pengembangan karyawan melalui atasan-atasannya. Di sisi lain, kita kerap melihat bahwa slogan dan program yang dikumandangkan di perusahaan mengenai lingkungan pembelajaran dalam organisasi seringkali sebatas campaign, namun dan tidak sampai berbuah hasil yang nyata.

Ada manajer yang mengatakan: ”Saya sudah sering memberi umpan balik pada anak buah. Tetapi, sukses atau tidaknya individu kan ada di tangannya sendiri?” Manajer lain berkata: ”Kadang kita beruntung mendapat bawahan yang potensi belajarnya bagus, ambisius, mau belajar, rajin bertanya, bahkan tidak segan-segan kuliah di malam hari. Kalau kita mendapatkan bawahan dengan kualitas sebaliknya, daripada membuang waktu, bukankah kita lebih baik mencari karyawan dengan potensi yang lebih baik?“

Bila atasan masih memilih-milih karyawan mana yang akan di-coach dan dibimbing, risikonya bukan hanya akan terjadi kekosongan SDM kompeten di masa depan, tapi juga akan membuat individu yang tidak “disentuh” merasa tersingkir. Bila karyawan tidak dibimbing, tidak ditegur, tidak ditantang untuk berkinerja lebih baik, sudah pasti mereka tidak akan happy, meskipun setiap bulan tetap menerima gaji. Hal inilah yang menjadi latar belakang mutlaknya proses mentoring dan coaching dilakukan para atasan terhadap semua bawahannya.

Memperjelas sasaran
Banyak atasan menghindar untuk memberi umpan balik karena tidak tega, dan takut kritik dan koreksi yang diberikannya akan merusak hubungan yang sudah susah-susah terjalin selama ini. Seorang teman yang dianggap bawahannya pembimbing yang baik, mengatakan bahwa ia semata menggunakan sasaran tugas sebagai landasan dalam membimbing anak buahnya. “Bila bawahan tidak tahu persis apa yang diharapkan oleh kita sebagai atasan dan perusahaan, maka diskusi mengenai pengembangan karier akan bertele-tele dan tidak jelas sasarannya”.

Banyak karyawan terbiasa menjalankan tugas dan tanggung jawab rutinnya, namun tidak sempat memperjelas kontribusi tugasnya. Bisa jadi ini karena ukuran perusahaan yang terlalu besar, atau karena pimpinan perusahaan dan atasan juga tidak memperjelas sasarannya, baik itu jangka pendek maupun jangka panjang. Padahal, dengan tidak jelasnya sasaran ini, perjalanan karier ibarat sebuah upaya yang belum berkoridor. Dengan adanya kejelasan sasaran tugas dan kesamaan persepsi dengan bawahan, sebagai atasan kita bisa lebih mudah dan lebih tega mengatakan salah atau benarnya tindakan anak buah kita.

Hal inilah yang tidak boleh kita lupakan dalam situasi pengembangan bawahan. Linda Hill, seorang profesor di Harvard Business School, menyatakan bahwa seni mengembangkan bawahan adalah tetap mengontrol semua tugas yang ada di bawah tanggung jawab kita, sambil memberi ruang kepada bawahan untuk merasakan kesuksesan pribadinya.

Berguru secara aktif
Kegiatan pengembangan karyawan yang secara rasional bertujuan positif, dalam kenyataannya sering dipandang menegangkan, bahkan dirasa negatif oleh banyak pihak. Atasan sering tidak tahu mau mulai dari mana. Sementara itu, bawahan sering melihat situasi coaching sebagai situasi tatap muka yang menghakimi.

Di dunia yang sudah sangat dinamis dan mengglobal begini, persepsi mengenai kegiatan bimbingan ini memang perlu diubah. Kegiatan bimbingan seharusnya tidak lagi menjadi kegiatan one on one yang menegangkan. Bila kita meyakini esensi positifnya, sebetulnya proses coaching sangat bisa dilakukan dengan situasi yang bersahabat, bahkan bentuknya lebih berupa diskusi dua arah yang seru dan membangun. Jeanne Meister, seorang konsultan yang menekuni kerja masa depan mengatakan: ” In today’s world, mentoring is more like Twitter and less like having a psychotherapy session.”

Perusahaan kelas dunia, seperti Uniqlo Jepang, bersikeras untuk mempersiapkan para management trainee menjadi the future business owners. Bisa kita bayangkan betapa besarnya kesenjangan kompetensi antara seorang fresh graduate dan seorang yang menduduki jajaran tertinggi sebuah perusahaan. Hal ini tidak mungkin terjadi bila hubungan atasan dan bawahan tidak berbentuk hubungan coach-coachee atau mentor-mentee. Si coachee atau mentee memang perlu aktif belajar. Dialah yang perlu mempunyai sikap berguru pada setiap orang yang dikagumi kompetensinya. Hubungan pun bentuknya sudah tidak lagi kaku dan tidak selalu berbentuk hubungan “senior membimbing junior”.

Di banyak perusahaan, kita sudah sering mendengar “reversed mentoring“, di mana para manajer senior perlu di-coach oleh kalangan millenial, usia 20-30 tahun, mengenai media elektronik dan pemanfaatan web. Hambatan waktu, kekakuan suasana tatap muka, sudah harus menjadi hal yang tidak perlu dikhawatirkan lagi. Sementara kemauan untuk “menjadikan” bawahan perlu dianggap memegang porsi yang besar dalam kepemimpinan kita.

(Eileen Rachman/Sylvina Savitri, EXPERD Consultant)

Kunjungi juga :
Blog Motivasi
Blog Kesehatan
Blog Teknologi

Tumbuhkan Budaya Apresiasi

Pernahkah kita memperhatikan bahwa publikasi di media lebih didominasi berita menakutkan, mengerikan, penuh bencana dibanding dengan hal-hal terpuji yang dilakukan oleh seseorang? Berita penghargaan, keberhasilan, kerja keras tidak terdengar karena dikalahkan oleh berita kecurangan, kelemahan, dan kemalasan. Meskipun kita sendiri sering merasa lelah, kesal, sedih, bahkan marah setelah mendengar hal-hal negatif, namun di sisi lain kita pun tidak secara sengaja menghindari hal-hal yang negatif. Bukankah kita pun menikmati berita dan infotainment yang cenderung menonjolkan kejelekan individu? Di tempat kerja pun sadar tidak sadar kita kerap menyuburkan budaya yang tidak apresiatif, misalnya saja gosip, salah menyalahkan, atau tidak berterus terang.

Kita bisa menilai sendiri seberapa sering kita menyalahkan orang yang sedang tidak hadir di suatu pertemuan bila ada kejadian yang tidak menyenangkan. Bukankah banyak atasan yang hanya melihat kesalahan anak buah, dan hanya berkomunikasi dengan anak buah jika ada yang tidak beres? Di sisi lain, tak jarang atasan menganggap bahwa prestasi bagus anak buah adalah keadaan yang wajar dan sudah semestinya, sehingga tidak perlu dipuji.

Bayangkan suasana kerja bila seorang atasan cenderung mengkomplain kesalahan anak buah sementara lupa memberi komentar ketika seseorang bisa berpikir kreatif pada saat orang lain sudah menghadapi jalan buntu? Pernahkah kita benar-benar memikirkan bahayanya bila sebuah tim atau suatu lingkungan sosial, partai, perusahaan, atau bahkan negara, mempunyai pola pikir pesimis, negatif, dan tidak segar? Bisakah individu berkinerja optimal bila sering merasa tidak berdaya, tertekan, dan terus-menerus memikirkan kekurangan dan kelemahan yang ada? Bagaimana perasaan orang atau lembaga lain yang harus berhubungan dengan komunitas seperti ini?

Kita sendiri sebetulnya bisa merasakan bahwa lingkungan kerja yang menyenangkan dan saling menghargai akan memberi kekuatan, peningkatan produktivitas, laba, dan juga kepuasan karyawan dan pelanggan. Di sebuah kantor, bertegur sapa seakan sudah menjadi aturan tidak tertulis yang dilakukan oleh semua orang di semua level jabatan. Ada juga tempat kerja di mana setiap orang otomatis mengucapkan terimakasih pada kolega yang memberi bantuan, bahkan untuk hal yang kecil sekalipun.

Sikap peduli teman kerja ini tanpa disadari memiliki harga tertentu yang tidak bisa dinilai dengan uang, tetapi justru nyata-nyata meningkatkan bisnis perusahaan. Bila sikap dan tindakan ini dilakukan oleh seseorang secara konsisten, bahkan saat atasan atau pimpinannya tidak ada, maka hal ini bisa dikatakan menjadi budaya di lingkungan tersebut. Saat pimpinan dan atasan sadar akan kekuatan yang ada di balik sikap dan kebiasaan manusia, secara serius menumbuhkan kebiasaan positif dan apresiatif, maka peningkatan produktivitas kerja tentu bukan hal mustahil dicapai.

Bergulir tanpa paksaan
Dalam suatu pelatihan beberapa peserta semula tidak percaya bahwa segala sikap dan perilaku dapat ditumbuhkan dengan apresiasi. Tidak perlu kritik berlebihan atau bicara negatif. Seorang direktur perusahaan yang legendaris dan terkenal mampu membentuk budaya positif di perusahaannya, mengatakan: ”Kita hanya perlu jeli menunggu orang berbuat sesuatu yang bisa dipuji. Orang lain yang hadir otomatis akan mencari perilaku apa yang patut dan bisa diterima oleh atasannya dan berusaha melakukannya”.

Perilaku positif pun kemudian akan bergulir dengan sendirinya. Kita lihat bahwa pimpinan dan atasan memang berperan penting dalam memberi contoh dan menyuburkan budaya positif yang diinginkan. Itu sebabnya atasan perlu sadar kebiasaan apa yang ingin ditumbuhkan. Saat tingkah laku, sikap, dan suasana kerja terjadi secara otomatis tanpa paksaan atau aturan, kita akan bisa melihat budaya organisasi itu sudah merupakan aset lingkungan sosial tersebut.

Di Southwest Airlines, satu-satunya airline yang bertahan pada waktu krisis, manajemen memang secara sengaja mengembangkan kebiasaan menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang apresiatif. Mereka tidak secara berlebihan menganalisa kekurangan, kelemahan, dan kondisi krisis yang menekan, namun dalam rapat-rapat di perusahaan, mereka berfokus pada pertanyaan: “What works, what matters, what adds value, what makes a difference?”

Dengan pendekatan ini, perusahaan memperoleh tambahan energi yang luar biasa. Karyawan menjadi lebih mudah mengombinasikan berbagai kekuatan yang dimiliki. Karyawan pun bisa lebih mudah merealisasikan sikap yang berfokus pada pelanggan, setia kawan dalam membantu rekan, bahkan juga kreativitas untuk menemukan proses bisnis yang lebih efisien.

Memilih untuk menghidupkan semangat

Bayangkan bila seorang atasan membuat pernyataan ini: ”Pekerjaan kita membuat kita berkesempatan untuk memperluas wawasan dan belajar dari yang mengalami kesuksesan”. Bandingkan dengan pimpinan yang berulang kali mengatakan hal ini: ”Persaingan sudah demikian ketat, namun kita masih bisa bertahan”. Pernyataan pertama merangsang naluri kehidupan, sementara pernyataan selanjutnya lebih dekat pada kegagalan dan mematikan semangat.

Kita bisa melihat bahwa cara bicara kita sangat menentukan arah spirit orang di sekitar kita. Tidak pelak lagi, kita memang perlu mengembangkan budaya apresiatif di lingkungan kita. Kita bisa mulai dengan memikirkan perilaku atau situasi apa yang pantas mendapat pujian dan apresiasi. Kita pun perlu bisa menggambarkan poin terpenting dari sikap atau perilaku tersebut dan bagaimana perilaku tersebut menguntungkan perusahaan.

Hal-hal inilah yang kita kemas sehingga bisa berpengaruh di rapat atau di pertemuan lain dan memungkinkan semua orang membayangkan kesuksesan. Kata-kata positif, seperti bangga dan happy perlu diikutsertakan untuk membangkitkan energi. Bila hal ini dilakukan dengan jitu dalam dialog-dialog yang kontinu dan dianggap sebagai suatu entitas yang hidup, budaya akan bersinergi dengan inovasi dan tumbuhnya bisnis. Pasti.

(by Eileen Rachman/Sylvina Savitri, EXPERD Consultant)

Kunjungi juga :
Blog Motivasi
Blog Kesehatan
Blog Teknologi