5 Misi Sebelum Pindah Kerja

Sebelum menuntaskan kelimanya, jangan berpikir untuk pindah kerja. Dengan memenuhi misi ini, Anda telah mampu meningkatkan kualitas diri

Sebelum menuntaskan kelimanya, jangan berpikir untuk pindah kerja. Dengan memenuhi misi ini, Anda telah mampu meningkatkan kualitas diri

Saat bekerja atau berkarier di bidang apapun, pastikan Anda menikmatinya dengan tidak hanya mengejar gaji semata. Saat menjalani pekerjaan, Anda juga perlu memiliki tujuan dan target, lalu wujudkan dengan melakukan aksi nyata. Dengan begitu, Anda dapat meningkatkan kualitas diri termasuk mengembangkan karier semakin tinggi menuju cita-cita utama yang ingin Anda raih.

Kesuksesan dalam karier dapat Anda miliki dengan memaksimalkan kualitas dan pengalaman kerja, dengan merampungkan lima misi wajib kalangan profesional ini. Sebelum menuntaskan kelimanya, jangan berpikir untuk pindah kerja. Dengan memenuhi misi ini, Anda telah mampu meningkatkan kualitas diri.

1. Tawarkan ide yang bermanfaat untuk perusahaan.
Anda adalah bagian dari perusahaan yang juga memiliki tanggung jawab serta peran untuk mengembangkannya. Sebagai profesional, Anda bukan hanya pesuruh yang melakukan berbagai tugas. Tetapi, Anda juga punya kesempatan yang sama untuk menawarkan ide atau proyek yang dapat meningkatkan prestasi perusahaan, dan tentunya prestasi pribadi.

Jadi, jangan ragu menawarkan ide yang menurut Anda bermanfaat bagi perusahaan atau unit kerja Anda. Ajukan ide tersebut kepada supervisor atau atasan Anda. Persiapkan diri dengan detil dari ide tersebut, terutama sejauhmana ide yang Anda miliki tersebut dapat mengembangkan perusahaan, dan yang paling penting bagaimana proyek tersebut dapat berjalan mulus tanpa menganggu kinerja Anda dalam menyelesaikan pekerjaan rutin. Read more of this post

Pengaruh Nama Terhadap Karir

Anda mungkin bingung karena kerap kali selalu gagal mendapatkan promosi. Hmm, ganti nama anda, mungkin bisa menjadi solusinya.

Sebuah studi telah menemukan bahwa orang yang memiliki nama yang lebih mudah dieja akan memiliki prospek untuk naik jabatan, sebagaimana yang diberitakan oleh Dailymail.

Ini mungkin dapat menjelaskan mengapa Inggris memiliki Tony dan Dave sebagai perdana menteri, atau Newt dan Mitt kini berlomba-lomba untuk menjadi calon presiden AS. Read more of this post

Catatan seorang HRD manager

Catatan seorang HRD manager

Berikut adalah sharing informal dari seorang kolega. Semoga bermanfaat.

Sebagai manager HRD di sebuah perusahaan swasta, tahukah anda tugas apa yang membuat saya bosan setengah mati? Ya, kalau anda pernah bekerja di bagian HRD mungkin anda bisa menebaknya, yaitu membaca CV dan dokumen lamaran lainnya.

Bagaimana tidak bosan, satu lowongan kerja saja bisa mendatangkan ratusan pelamar kerja. Saya masih ingat beberapa tahun yang lalu, ketika perusahaan kami membuka 9 lowongan kerja. Tebaklah berapa jumlah dokumen lamaran yang sampai ke bagian HRD kami? 2452 dokumen!

Lalu apa yang harus kami lakukan dengan pelamar sebanyak itu? Memilih secara acak diantara dua ribu orang lebih? Terlalu riskan. Mengundang semuanya untuk wawancara? Terlalu makan waktu, manajemen senior hanya memberikan waktu 2 minggu. Read more of this post

Resolusi Karir di 2012

Apa resolusi anda di 2012? Berikut ini masukan profesional dari Shelly Gorman, direktur managemen karier dari UNC Kenan-Flagler Business School, tentang beberapa resolusi proaktif yang bisa dilakukan untuk meningkatkan karier Anda.

1. Cek kembali manajemen karier Anda.
Untuk memastikan Anda berada pada jalur karier yang tepat untuk Anda, maka tak ada salahnya untuk mengecek kembali dan intropeksi diri Anda dengan pertanyaan seperti, “Dalam pekerjaan ini apakah saya bisa sepenuhnya memanfaatkan keahlian saya?”, “Apa visi lima tahun saya ke depan, dan apakah karier saya yang sekarang bisa mewujudkan hal ini?”, “Apakah saya menikmati apa yang saya lakukan sekarang ini?”

2. Miliki pola pikir proaktif.
Terkadang banyak orang yang terperangkap untuk selalu menunjukkan nilai dan kemampuan mereka, tapi sayangnya mereka tidak pernah mendapatkan apa yang mereka inginkan karena mereka tidak berpikir proaktif dan malu bertanya. Dalam manajemen karier, menjadi rendah hati dan proaktif memang sangat dibutuhkan. Read more of this post

Tunjukan Diri Saat Meeting

Bagi sebagian orang, rapat adalah momen mengerikan yang selalu ingin dihindari. Namun sebenarnya, rapat justru ajang yang paling tepat untuk menunjukkan potensi, belajar dan mengembangkan diri. “Di sinilah kita dapat belajar cara menganalisis masalah. Rapat juga membuat kita bisa mempelajari cara berpikir orang lain, termasuk yang lebih senior,” demikian alasan Rudy Arief, psikolog.

Rapat menjadi suatu hal yang penting dan tak boleh dilewatkan, karena tujuannya adalah untuk kemajuan perusahaan. Umumnya, dalam sebuah rapat dibahas evaluasi tentang kinerja yang telah dilakukan, analisis kekurangan dan kelemahan, strategi perencanaan, dan lain sebagainya. Untuk itu dibutuhkan ide dan pemikiran seputar langkah yang akan diambil oleh perusahaan, baik untuk jangka panjang ataupun jangka pendek. Read more of this post

Profesi untuk Penyendiri

Tak ada orang mampu bekerja sendiri, dalam arti, kita pasti membutuhkan orang lain untuk memberikan informasi bagaimana pekerjaan tersebut harus dilakukan. Namun, ada sebagian orang yang merasa lebih asyik bila bekerja sendiri. Tidak berarti mereka seorang pemalu, penyendiri, atau orang yang antisosial, namun mereka merasa lebih produktif bila bekerja tanpa gangguan dari orang lain.

Bila Anda termasuk orang yang kurang suka terlibat dengan orang lain saat sedang menekuni pekerjaan, beberapa profesi berikut bisa menjadi pilihan.

Akuntan
Rasanya setiap pekerjaan di kantor tentu membutuhkan tatap muka dengan rekan kerja atau klien. Namun seorang akuntan akan lebih sering membenamkan diri dengan spreadsheet ketimbang menerima telepon atau menemui klien. Maklum saja, data keuangan dan pajak yang harus ditangani membuat seorang akuntan kekurangan waktu untuk ngobrol dengan teman, baik melalui telepon maupun bertemu langsung. Read more of this post

Mengelola Uang Gaji Bulanan

Sebagai karyawan pasti Anda sangat menantikan akhir / awal bulan untuk menerima gaji yang kemudian menggunakan gaji bulanan untuk bersenang- senang. Beberapa diantaranya menghabiskan untuk produk kecantikan dan fashion up date. Jika Anda mempunyai kebiasaan seperti itu, sebaiknya dirubah, jangan terlalu boros. Anda bisa merendam keinginan menggunakan uang Anda untuk hal-hal yang sebenarnya kurang penting dengan cara menabung, karena dengan menabung Anda dapat mempersiapkan masa depan dan tentu saja memperbaiki financial Anda.

Menyisahkan Uang Gaji Bulanan

Mulailah untuk berusaha menyisihkan uang dari gaji pada akhir bulan untuk di tabungan. Sebaiknya Anda bersikap tegas dan segara mengalihkan uang tersebut. Anda bisa menyisihkan 10 sampai 30 % uang setelah mendapatkan gaji. Simpan direkening yang khusus untuk menabung. Usahakan jangan pernah memakai uang yang berada di tabungan tersebut. Read more of this post

Nikmati Pekerjaan Anda

Tidak bisa dipungkiri, terkadang pekerjaan bisa menimbulkan beban tersendiri dalam hidup Anda. Mungkin Anda pernah atau bahkan sering merasa tertekan dengan tanggung jawab dari pekerjaan Anda yang dirasakan terlalu berat atau melebihi kapasitas dan kompetensi Anda sebagai pekerja. Akibatnya Anda mengalami keletihan dan kejenuhan yang akhirnya membuat Anda stress dan kehilangan gairah serta semangat untuk bekerja.

Pada dasarnya, setiap pekerjaan pasti memiliki beban dan resiko tersendiri bagi seseorang yang mengerjakannya. Terkadang faktor–faktor di lingkungan kerja sering menjadi penyebab utama dari permasalahan ini, mulai dari atasan yang terkesan selalu memberikan “push” pada Anda, kurangnya hubungan personal yang baik antar sesama pegawai, sampai dengan masalah yang paling vital, yaitu gaji yang dinilai tidak sepadan atau sesuai dengan yang kapasitas pekerjaan Anda. Keadaan dan kondisi seperti ini akan menimbulkan ketidaknyamanan ketika bekerja dan tentunya Anda cenderung tidak bisa mengerjakan semua pekerjaan Anda secara maksimal.

Sudah menjadi sesuatu yang lumrah kalau kondisi seperti ini terjadi dalam dunia kerja, Read more of this post

Kesalahan Fatal Seorang Pemimpin

Kekeliruan PEMIMPIN Yang FATAL

Kekeliruan PEMIMPIN Yang FATAL

Kesuksesan sebuah usaha bisa dilacak dari pemimpinnya. Edwin H. Friedman mengatakan, “Kepemimpinan bisa dianggap sebagai kapasitas untuk menentukan diri sendiri dengan orang lain, dengan cara yang jelas dan memperluas visi masa depan.” Penting untuk mengenali apa yang positif dan efektif di masing-masing pemimpin, tapi juga penting untuk menyadari hambatan yang mungkin dihadapi. Kepemimpinan yang sukses berkembang dari waktu ke waktu, dan hanya bisa ditingkatkan dengan pengetahuaun bagaimana mendiagnosa dan memperlakukan pemimpin.

Setiap pemimpin yang berpandangan ke depan semestinya memahami bahwa sumber daya yang tak ternilai dalam setiap perusahaan adalah potensi manusianya. Sebagai pemimpin, ia bertanggung-jawab untuk mengembangkan bakat yang sangat luas tersebut. Sebegitu pentingnya unsur sumber daya manusia, seorang eksekutif puncak di sebuah perusahaan besar di Amerika pernah berujar: “Ambilah semua harta saya, asal bukan organisasinya. Maka dalam lima tahun kedepan saya akan bisa memperoleh semuanya kembali.”

Masalahnya, tidak semua pemimpin mampu mengelola perusahaannya dengan benar. Menurut catatan Steven Brown yang telah bertahun-tahun bertugas sebagai konsultan, setidaknya ada beberapa kesalahan fatal yang dilakukan oleh seorang pemimpin. Kesalahan tersebut adalah:

1. Gagal Mengembangkan Orang

Salah satu tujuan utama manajemen adalah kelangsungan bisnis itu sendiri, meski ada perubahan waktu dan orang-orang yang mengelolanya. Itu artinya, jika suatu saat perusahaan yang anda bangun akhirnya menjadi runtuh setelah anda tinggalkan, maka anda layak merasa bersalah dan gagal dalam mengembangkan estafet kepemimpinan.

Sering terjadi, karena berbagai alasan, tidak percaya kemampuan seseorang, misalnya seorang pemimpin merasa perlu melakukan segala sesuatunya sendiri. Tidak ada pelimpahan wewenang dan kekuasaan. Akibatnya, selain disibukkan oleh urusan yang sebenarnya tidak perlu, pemimpin tadi secara tidak sadar telah melewatkan kesempatan untuk menciptakan kader-kader pemimpin baru.

Jika anda ragu mengenai perlunya membangun people sekuat mungkin, berikut bisa menjadi gambaran. Seseorang memulai sebuah usaha, dan usaha itu terus bertahan selama ia masih bekerja. Lalu, perusahaan itu perlahan-lahan lenyap setelah para penggantinya menggantikan selama kurang lebih setengah jangka waktu kerja suatu generasi.

2. Mengendalikan Hasil, Bukan Mengendalikan Cara

Cara berpikir seseorang tentu berbeda-beda. Ini pula yang menjadi sebab mengapa beberapa orang bisa lebih produktif ketimbang yang lain. Kebanyakan pemimpin sering memukul rata mengenai unjuk kerja karyawannya. Terlebih lagi untuk pekerjaan-pekerjaan yang sangat mudah terlihat hasilnya, seperti bidang penjualan.

Padahal setiap karyawan, seperti tadi sudah disinggung memiliki cara pandang dan perasaan yang berbeda-beda untuk suatu masalah. Karena itu untuk menghindari persepsi yang keliru itu, seorang pemimpin mesti melihat dalam sebuah kerangka rangkaian yang utuh, yakni melalui pikiran, perasaan atau akal budi, kegiatan dan lama-lama menjadi kebiasaan, lalu memberikan hasil. Jika rangkaian tersebut dipergunakan, maka pemimpin akan dengan mudah melakukan perubahan drastis dalam membangun produktifitas karyawan.

3. Bergabung dengan Kelompok yang Keliru

Poin utama pada masalah ini adalah bagaimana seorang pemimpin mengembangkan sikap, terutama tentang kesetiaan. Seorang pemimpin sering dijadikan sebagai pejuang bagi orang-orang yang melawan kebijakan, tujuan dan sasaran perusahaan.

Jika hal itu terjadi, anda harus menolak sekalipun yang mengajak anda adalah seorang pemimpin sejawat anda atau sekumpulan beberapa karyawan.

4. Seragam dalam Mengelola Orang

Pemimpin yang mengelola anak buahnya dengan cara yang sama atau satu teknik saja, seringkali mengalami kekecewaan. Pemimpin yang baik mestinya peka terhadap perbedaan dan kepribadian masing-masing staf.

Oleh karena itu, pemimpin harus menyadari dan memanfaatkan perbedaan tersebut sebagai sebuah kekuatan.

5.  Melupakan Pentingnya Laba

Tujuan utama sebuah organisasi adalah menjaga kelangsungan organisasi tersebut. Untuk tujuan tersebut, perusahaan mestilah meraih laba untuk membiayai kelangsungan tersebut. Seringkali terjadi, di perusahaan masing-masing divisi merasa lebih penting ketimbang divisi yang lain. Hal ini bisa membuat seorang pemimpin tidak fokus dan akhirnya melupakan pentingnya laba.

6. Terpaku Pada Persoalan, Lupa Tujuan

Salah satu alasan mengapa seorang pemimpin tidak efektif adalah karena ia terpaku pada masalah-masalah sederhana, misalnya kesalahan-kesalahan kecil yang dilakukan anak buahnya atau orang lain.

Daripada membuang-buang energi untuk mencari-cari kesalahan orang lain, tentu lebih baik jika seorang pemimpin melakukan pendekatan lain. Misalnya dengan mencari tahu, apa yang mempengaruhi prestasi seseorang.

7. Bersikap Sebagai Sesama, Bukan Pemimpin

Usai jam kantor, banyak pemimpin perusahaan yang ingin bersikap sebagai orang biasa seperti sesama karyawan yang lain. Kemudian esok paginya ia akan bersikap sebagai pemimpin lagi. Banyak karyawan yang tidak bisa menerima sikap seperti itu. Seorang pemimpin memang harus memilih: menjadi pemimpin atau menjadi sesama karyawan. Tidak ada jalan tengah dalam situasi seperti itu.

Alasannya sederhana, kalau tindakan seorang pemimpin terhadap karyawan sembrono, maka sebenarnya ia tidak hanya tidak menghormati karyawannya. Lebih dari itu ia juga telah mengajarkan kepada karyawan untuk tidak menghormati atasannya. Seorang pemimpin tidak boleh terjebak pada perannya sebagai sahabat, atau psikiater. Tugas pemimpin adalah bagaimana mengelola kehidupan sebuah perusahaan.

8. Gagal Menentukan Standar

Banyak pemimpin yang tidak menyukai konsep menentukan standar. Bahkan mungkin mereka ingin menghindari pembicaraan tentang hal itu, karena mereka menilai standar sebagai cara untuk menghukum mereka yang gagal memproduksi atau yang tidak kompromistis.

Orang yang beranggapan demikian sebenarnya tidak memahami salah satu kunci perusahaan yang dikelola dengan baik. Perusahaan memang tidak usah memaksa orang untuk tunduk kepada sederetan panjang peraturan, tetapi ia harus mempunyai sasaran untuk membangun kebanggaan pribadi dan perusahaan.

Mudah-mudahan artikel ini dapat menjadi motivasi berbuat yang terbaik dan bahan otokritik bagi TS sendiri maupun kita semua, karena setiap diri adalah pemimpin yang akan selalu dimintai pertanggungan jawabnya kelak. (thanks to kaskus)

Kurir Yang Istimewa

Suasana hari Jumat di sebuah kantor, tampak sebagian karyawan kurang bersemangat. Hal ini disebabkan karena sudah dekat waktunya para pegawai libur akhir pekan.

Hari itu, office boy kantor tersebut, tiba-tiba tidak masuk kerja. Padahal, ada kebutuhan mendesak untuk mengirim sejumlah dokumen penting ke relasi di luar kota, yang biasanya dikerjakan oleh si office boy tersebut. Demi menghemat waktu, maka kantor itu memutuskan menggunakan jasa kurir untuk mengirim dokumen penting tersebut.

Tak lama menunggu, nampak seseorang dari perusahaan jasa kurir yang ditugaskan datang untuk mengambil dokumen itu. Namun, sungguh pemandangan yang mengagetkan. Kurir yang datang adalah seorang yang cacat. Ia tidak mempunyai kaki. Kedua penyangga tubuhnya buntung hingga sebatas lutut. Untuk berjalan, ia menggunakan bantuan papan yang diberi roda kecil untuk menopang tubuhnya. Dengan papan itu, ia bisa berjalan sambil mengayunkan tangan. Papan itu juga berfungsi untuk menaruh barang yang akan dikirimkan oleh pelanggan jasa kurir tempatnya bekerja.

Melihat kondisi sang kurir, orang-orang di kantor itu spontan keheranan. Ada yang merasa kasihan, namun ada pula yang mengungkapkan kejengkelannya. Jengkel pada perusahaan kurir, mengapa orang cacat yang dikirim untuk tugas seperti itu. Namun, mereka juga merasa kasihan melihat perjuangan si cacat karena harus bersusah payah demi hidupnya.

Tapi, rasa kasihan itu segera berubah menjadi rasa kagum sekaligus hormat. Rasa itu muncul ketika salah satu pegawai menawarkan bantuan untuk mengambilkan dokumen yang akan dikirim yang kebetulan masih berada di lantai dua.
“Mas, tunggu disini saja, biar saya yang ke atas menggambilkan dokumennya untuk Mas…. Kasihan kan, mas harus mengambil ke lantai dua,” sebut pegawai itu.
“Jangan ..jangan Pak. Biar saya sendiri yang mengambil ke atas. Sudah biasa kok. Tak perlu merepotkan Bapak. Tapi, terima kasih atas kebaikannya,” jawab kurir itu.
“Nggak kok…tidak apa-apa. Tidak merepotkan. Mas tunggu di sini saja, sebentar lagi saya ambilkan ke atas…,” sergah si pegawai.
“Maaf Pak. Bukan saya tidak mau dibantu. Tapi ini sudah tugas saya, dan saya juga sudah biasa kok. Lagipula, kalau setiap orang membantu saya, malah saya nanti jadi pemalas dan tidak bisa berbuat apa-apa karena terbiasa menggantungkan diri pada bantuan orang lain,” sebutnya lugu, tanpa bermaksud mengada-ada.
Setelah itu, tak lama ia pun segera memulai aksinya mengayunkan tangan dengan lincah, mendorong tubuhnya menaiki tangga satu persatu.

Pegawai yang menyaksikan kejadian itu pun terdiam dalam kekaguman. Orang cacat itu telah memberi sebuah pelajaran yang sangat berharga. Meskipun cacat, dia tidak ingin dikasihani. Meski punya kekurangan, dia memiliki semangat juang yang luar biasa untuk bekerja dan mandiri.

Kejadian itu, sungguh membuat sebagian pegawai yang tadinya bermalas-malasan merasa malu. Sebab, mereka yang bertubuh normal merasa kalah semangatnya dengan orang yang bertubuh cacat. Maka, semua pekerja di kantor itu pun segera bergegas untuk kembali menyelesaikan pekerjaannya, kali ini dengan semangat yang menggebu-gebu.

Pembaca yang berbahagia,

Pada kondisi dan hal-hal tertentu, mungkin kita membutuhkan bantuan orang lain. Bahkan, kita tidak bisa hidup tanpa adanya orang lain. Sebab, kehidupan di antara manusia merupakan hidup saling ketergantungan satu sama lain.

Namun, kita akan menjadi lemah kalau kita hidup hanya dengan menunggu, apalagi menggantungkan belas kasihan orang lain.
Ingat!

Jati diri manusia ditandai dengan keberanian bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri.

Maka, bagaimanapun dan apapun kondisi kita saat ini, kita harus mampu belajar dan membangun sikap mental kemandirian. Dengan begitu, keberadaan kita di dunia ini akan mempunyai nilai tersendiri (by Andrie Wongso)

Kunjungi juga :
Blog Motivasi
Blog Kesehatan
Blog Teknologi

Susahnya Cari Kerja

Sulitnya mendapatkan pekerjaan di Indonesia memaksa para tenaga kerja Indonesia menjadi pengangguran. Entah mereka yang lulusan S1, D3, maupun SMA. Bukannya mereka tidak mau bekerja, tapi mereka belum mempunyai kesempatan untuk bekerja. Hal ini yang membuat banyaknya pengganguran di Indonesia. Berikut ini adalah penyebab sulitnya mendapatkan pekerjaan di Indonesia.

Persaingan Dalam Dunia Kerja
Banyaknya persaingan dalam dunia kerja dapat menyulitkan pencari kerja untuk bisa mendapatkan pekerjaan impiannya. Contohnya, suatu perusahan hanya membuka delapan posisi jabatan, sedang calon pelamar di perusahaan tersebut mencapai 100 orang. Hal ini dapat membuat kandidat yang tidak lolos seleksi harus mengurungkan niat mereka untuk mendapatkan pekerjaan. Persaingan dalam dunia kerja memang sangat ketat.

Kemampuan
Kemampuan seseorang juga termasuk faktor penyebab sulitnya mendapatkan pekerjaan. Jika Anda tidak memiliki kemampuan yang diminta oleh perusahaan ditambah dengan pendidikan Anda yang masih di bawah standar perusahaan, maka Anda harus berpikir dua kali untuk melamar ke perusahaan tersebut.

Mudah Putus Asa
Rasa putus asa adalah penyebab utama sulitnya pencari kerja untuk menemukan pekerjaannya. Misalnya, karena latar belakang pendidikan yang belum memenuhi standar perusahaan, seorang pencari kerja lantas memutuskan untuk menyerah pada keadaan. Ada pepatah yang berbunyi, “Orang yang sukses adalah orang tang tak kenal menyerah.”

Pengalaman
Dalam hal ini, pengalaman juga menentukan apakah Anda layak bekerja untuk perusahaan tersebut atau tidak. Orang yang berpengalaman adalah orang yang terbiasa dengan dunia kerja dan memahami kemampuan yang dia miliki. Sekarang, banyak perusahaan yang membutuhkan kandidat yang sudah berpengalaman sebagai pegawainya. Dengan begitu, kesempatan mendapatkan pekerjaan untuk para fresh graduate semakin menipis.

Kunjungi juga :
Blog Motivasi
Blog Kesehatan
Blog Teknologi